Setusuk Sate Untuk Malam Tahun Baru..

Minggu, 03 Januari 2010


Kemeriahan tahun baru sudah berlalu. Semua orang merayakan dengan gembira pergantian tahun dari 2009 ke 2010. Tapi ada satu yang tertinggal yaitu kenangan tentang kemeriahannya.

Saya bukan tipe orang yang merayakan tahun baru dengan pesta atau pergi tamasya sekeluarga. Pada saat pergantian tahun baru 2010 pun saya tidak merayakannya, hanya saja hari itu kami sekeluarga bersemangat sekali ingin membuat sate ayam setelah termotivasi juga dengan kerepotan semua tetangga menyiapkan tungku untuk membuat ikan bakar. Di supermarket pun ikan dan daging ayam sudah ludes dibeli dan alih-alih membeli ayam fillet, terpaksa kami embeli dada ayam yang masih ada tulangnya. Yah.. yang pentin daging ayam bukan?

Sate ayam yang dibuat adalah sate ayam homemade dengan resep dari ibu saya sendiri. Malam itu ibu saya nampak bersemangat menghaluskan ketumbar dan mencampunya dengan bawang merah serta kecap untuk membumbui daging ayam yang sudah ditusuk-tusuk menjadi sate yang siap panggang. Setelah setengah jam persiapan selesai juga dan akhirnya kami sekeluarga dapat menikmati perayaan sederhana dengan sate ayam rumahan yang sederhana namun kami memaknai momen ini sebagai momen kumpul keluarga.

Perjalanan Panjang si Roti Cane

Senin, 28 Desember 2009


Pernah mendengar roti cane? tentu sering. Selama beberapa waktu terakhir roti bulat,pipih dan garing yang dimakan bersama dengan kuah kari ini sedang jadi trend. Mulai banyak restoran-restoran atau kafe bahkan tenda-tenda pinggiran jalan yang menawarkan hidangan ini.

Hidangan eksotik ini tidak hanya ditemui di Indonesia. Di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura pun roti cane sangat mudah ditemui. Mengapa demikian? Ternyata si roti bulat dan tips ini telah mengalami perjalanan panjang dari negeri asalnya yaitu India. Salah satu sumber menyatakan bahwa kemungknan besar nama Cane berasal dari kata 'Chennai' yaitu sebuah daerah di India Utara yang juga akrab dengan nama Madras. Sedangkan di Utara India dapat ditemui hidangan yang mirip sekali penyajiannya dengan roti cane yang kita kenal yaitu roti dengan kuah kari (dhal). Hidangan ini dibawa oleh orang-orang India yang menjelajah ke Asia Tenggara. Seperti kita ketahui daerah Indonesia, Malaysia dan Singapura pada jaman dahulu adalah pusat perdagangan di Asia Tenggara dan oleh karena itu banyak pedagang dari India, Arab, Cina sampai Eropa datang dan tidak sedikit yang menetap di daerah-daerah tersebut dan akhirnya terjadilah akulturasi budaya termasuk dalam hal kuliner. Oleh karena itu di Malaysia sendiri roti cane telah disesuaikan dengan lidah orang-orang Melayu. Di Indonesia sendiri roti cane banyak di temui di daerah pulau Sumatra bagian Utara mulai dari Aceh hingga Medan. Nah, untuk menikmati roti eksotik ini lebih nikmat lagi apabila ditemani segelas teh tarik yaitu teh dengan susu.

Bandeng Presto, berselimut??

Rabu, 23 Desember 2009



Biasanya ikan dijaring dulu baru digoreng kan? nah, yang ini beda...ikannya digoreng dulu bareng jaringnya...penasaran kan? Gini nih ceritanya..sore-sore, perut terasa lapar. Hari itu ibu saya bilang akan membawa bandeng presto. Dalam pikiran saya, pasti bandeng presto yang biasa. Wah, jadi kurang semangat makan. Tapi begitu saya lihat wahh.. ternyata yang ini beda. Bandeng prestonya berselimut jaring dan jaringnya ini bisa dimakan lho.. karena terbuat dari telur yang digoreng dengan cara tertentu yang entah bagaimana membuatnya seperti berjaring-jaring. Lapisan telur tersebut juga terasa gurih dan renyah dan membuat bandeng presto yang biasa menjadi luar biasa gurih.

Langsung saja saya mengambil piring dan menyantap bandeng ini dengan nasi hangat, ditambah sambal untuk menambah cita rasa. Hihi.. selamat makaann..

Yang Hangat, Yang Nikmat....

Sabtu, 12 Desember 2009


Monas merupakan landmark kota Jakarta yang saat ini jadi tempat bergaul anak muda atau tempat orang-orang yang penasaran dengan Monas, berjalan-jalan dan berfoto-foto. Tapi yang kali ini saya bahas bukan Monas yang itu. Nah simak cerita saya ya..

Hari itu saya pulang dari kampus lumayan malam, sekitar pukul 20.00 WIB. Perut sudah terasa lapar, tapi malas kalau harus masak nasi dan menyiapkan lauk sendiri. Maklum anak kos. Kebetulan didepan gang tempat kos-kosan saya berada banyak jajanan yang bisa dibeli. Hari itu saya sedang tidak berminat makan nasi dengan pecel ayam meskipun pecel ayamnya jempolan. Akhirnya saya memutuskan untuk beli bubur ayam saja. Eiiitttss.. tapi bubur ayam yang ini beda.

Bubur ayam Monas… Nah, bubur ayam ini bisa dibilang cukup unik dari tempat jualannya sampai waktu jualannya. ketika semua abang-abang tukang bubur berjualan di pagi hari, karena bubur ayam identik dengan sarapan, Bubur Ayam Monas berjualan di malam hari. Mulai pukul enam sore Bubur Ayam Monas baru buka, dan yang uniknya ketika tukang bubur ayam lainnya berjualan dengan gerobak atau sepeda motor, Bubur Ayam Monas dijual dengan mobil box yang dimodifikasi sehingga seperti restoran mini lengkap dengan kursi-kursi tinggi dan meja.

Bubur Ayam Monas juga menawarkan cita rasa tersendiri. Kalau biasanya bubur ayam dihidangkan dengan daging ayam yang “disuwir-suwir”, bubur ayam Monas memasak daging ayam yang sudah dipotong kecil-kecil bersamaan dengan buburnya. Selain itu bubur ayam Monas dihidangkan dengan cakwe yang diiris-iris dan dengan taburan daun seledri dan daun ketumbar sehingga aromanya agak berbeda. Salah satu hal lagi yang unik bubur diberi taburan so-un goreng yang renyah. Nah, berbeda kan dari bubur ayam biasanya.

Apabila kita makan ditempat kita boleh mengambil acar cabe rawit dan “tung chai” untuk menambah cita rasa sepuasnya. Hmm… nikmat bukan. Selain bubur dijual juga nasi tim yang rasanya juga lumayan, tapi sayang porsinya kecil (hihihi.. menurut saya lhoo..). Tapi kalau menurut pendapat saya tetap lebih jempolan buburnya.

Penasaran? Cobain aja Bubur Ayam Monas, di jalan raya Bendungan Hilir, seberang Bendungan Hilir gang IX. Cukup nikmat dan memuaskan dengan harga hanya 9000 rupiah. Selamat mencoba..

Hitam Manis nan Eksotis



Tukerin yang laennya bang, yang ini item atasnye,
item cuman tampangnye, tapi putih dalemnye,
legit nyah…
abang keterlaluan areng disuruh makan,
kalo nyonya suka pilih roti gambang


Lirik lagu diatas mungkin familiar bagi penggemar lagu-lagu milik Benyamin S. Seniman asal betawi itu mengangkat tema tentang sebuah makanan tradisional yang manis, legit, dan harum yaitu Roti Gambang. Roti ini memang sering dianggap sebagai jajanan khas Betawi. Biasanya apabila kita membeli roti ini si abang roti akan membugkuskannya dengan kertas roti atau koran. Roti Gambang adalah makanan yang saat ini mulai jarang ditemui. Hampir semua orang lebih memilih ngantri beli roti di mall atau minum kopi sambil makan donat di café-café, sehingga jajanan tradisional yang biasanya dijual oleh tukang-tukang roti keliling semakin terlupakan. Kemarin, ketika berjalan-jalan di kompleks ruko dekat rumah kebetulan saya melihat si abang roti dengan gerobak sepedanya. Niat awal lngin membeli roti isi coklat tapi si roti hitam manis ini bikin tergoda akhirnya saya beli juga.. harganya cuma 4000 rupiah..

Roti Gambang sering dianggap sebagai jajanan tempo dulu yang diwariskan dari jaman kolonial. Apakah hal tersebut benar adanya? Ternyata benar. Roti gambang sudah ada sejak tahun 1930-an, yang pada saat itu jelas-jelas Indonesia masih berada di bawah pendudukan bangsa Belanda.

Ada mitos yang mengatakan bahwa Roti Gambang asalnya dari roti yang gagal atau “bantet” tapi disukai banyak orang dan akhirnya populer namun salah satu sumber mengatakan bahwa Roti Gambang asalnya dari roti yang populer di kalangan orang Belanda yaitu Stollen dan resep tersebut diadaptasi oleh orang Indonesia menjadi roti manis yang eksotis ini. Mengapa eksotis? Bila anda mencoba Roti Gambang, anda akan merasakan sensasi rempah-rempah yang kuat dalam satu gigitan roti tersebut. Aroma kayumanis dan gula merah akan sangat terasa. Nah, roti ini cocok bila dimakan sambil minum kopi atau teh. Tekstur roti yang padat dan liat akan membuat roti lebih mudah menempel di gigi dan langit-langit mulut kita, teh atau kopi akan membantu membuat roti ini lebih lunak dan selain itu juga menambah cita rasa.
Apabila ingin mencoba roti ini carilah tukang-tukang roti yang sering berkeliling dengan gerobak sepeda seperti Roti Lauw dan Tan Ek Tjoan. Apabila sulit menemukannya carilah toko roti Lauw di Jl. Srikaya 10-11 Jakarta dan Jl. RS Famawati 40, Jakarta Selatan atau toko roti Tan Ek Tjoan yang masih eksis di Jl. Cikini Raya No. 61, Menteng, Jakarta Pusat. Selamat mencoba dan bernostalgia….

Icip-icip Negeri Sakura

Senin, 07 Desember 2009



Pagi-pagi pukul 07.00 WIB saya dan kakak saya sudah bersiap-siap. Helm, jaket, saputangan untuk menutupi hidung dari debu dan polusi sudah lengkap dikenakan. Kebetulan hari itu saya sedang di rumah. Biasanya weekend saya tinggal di kos. Weekend ini rasa-rasanya kepengin pulang. Nah, berangkatlah saya dan kakak saya dengan berboncengan motor.

Pemberhentian pertama adalah rumah saudara saya di Rawamangun, lalu setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Hotel Intercontinental dengan taksi. Ada apa disana? Ada sebuah restoran yang khusus menghidangkan kuliner ala Jepang. Nama restoran itu "Kado". Hidangan yang dihidangkan di sana adalah masakan tradisional Jepang.
Awalnya saya agak bingung mau memesan apa, karena semua nama masakannya menggunakan bahasa Jepang namun yang sudah diterjemahkan ke huruf latin. Jadi, pada akhirnya saya diiam saja menunggu keputusan saudara saya yang kebetulan benar-benar cinta segala hal yang berhubungan dengan Negri Sakura tersebut. Dipilihlah Chawan Mushi sebagai hidangan pembuka. Hidangan ini terbuat dari telur yang disteam dengan isi seafood seperti udang, dan sedikit jamur. Rasanya lembut, sedap dan hangat. Porsinya lumayan kecil karena dihidangkan disebuah wadah berupa cawan keramik khas Jepang. Setelah itu kami berlanjut ke main course yaitu Kamameshi, nasi dengan isian udang, kerang dan jamur yang disteam dalam wadah tradisional khusus. Wadahnya seperti panci stainless dengan tutup kayu, dan kami juga berkesempatan mencoba Yakitori. Tori artinya ayam, yaki artinya panggang. Namun kalau dilihat bentuknya mirip-mirip lah dengan satai ayam Indonesia hanya saja bumbunya beda. Kita bisa memilih ingin bumbu yang manis atau yang asin. Kalau saya lebih suka yang manis. Nah, lebih enak lagi jika ditemani secangkir ocha (teh hijau) dingin dan ditutup dengan dessert "Ogura" atau es krim kacang merah dan "macha" yaitu es krim yang terbuat dari teh hijau. Hmmm.... yummyyy...

Restoran ini menawarkan suasana dan hidangan yang sangat tradisional Jepang. Saran saya jika ingin mencoba sensasi restoran ini lakukan riset terlebih dahulu mengenai masakn-masakan yang dihidangkan dan tentang restoran ini. Jangan sungkan juga bertanya mengenai gambaran masakan yang terlihat di menu karena sebagian ada yang mengandung bahan pembuat yang mungkin tidak diperbolehkan untuk anda. Nah, perlu diketahui juga harga hidangan disini bisa dibilang mahal. Sebagai gambaran saya makan berempat dan harga yang tertera di bill nya sekitar 700.000 rupiah.. hihi.. tapi untuk coba-coba hal yang baru cukup memuaskan kok, karena porsinya juga lumayan..

Penasaran? datang saja ke Hotel Intercontinental dan cari restoran ini lalu rasakan suasana restorannya dan hidangannya....

Kenapa makan?

Makan adalah suatu kebutuhan utama manusia. Ada orang berkata "Makan untuk hidup atau hidup untuk makan". Namun sebenarnya makan juga merupakan suatu sarana untuk menikmati waktu berkualitas bersama keluarga, teman-teman, dan apabila kita pernah memperhatikan makan serta makanan selalu menyertai setiap event atau kejadian dalam hidup manusia. Misalnya saja, syukuran kelahiran bayi selalu disertai dengan pembagian makanan ke tetangga yang sering disebut "besek" oleh orang Jawa. Ketika merayakan hari ulang tahun, kita seringkali mengadakan acara makan bersama plus traktiran, selain itu resepsi pernikahan tidak lengkap kalau tidak ada makanan. jadi, sesungguhnya makan dan makanan selain sebagai kebutuhan hidup juga sebagai sarana pembentukkan relasi antar manusia dan sebagai momen yang berkualitas untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Hal-hal tersebutlah yang akan dibahas dalam blog ini. Cerita seputar kehidupan sehari-hari saya dan hal-hal yang berhubungan dengan kuliner yang sangat saya sukai. Selamat membaca..